Sunday, December 31, 2017

Random: Saya-Jatuh-Patah-Kamu-Janji

Akhir-akhir ini saya banyak merenungkan tentang jatuh dan patah. Akhir tahun, galaunya di maksimalin jadi tahun depan hatinya sudah bebas. Hahaha

Manusia dan kejatuhannya, kepatahannya yang tidak direncanakan. Setiap hari bangun di pagi hari, tidak dalam kondisi yang sama, tetapi jatuh kepada seseorang yang sama di ingatan yang paling pertama. Adalah sebuah pilihan. Pilihan untuk membangun rumah bersama misalnya -- tidak, tanpa pagar, dengan halaman yang luas; dengan bebas bermain, berdua, bertiga, atau bahkan beramai-ramai. Kemudian walau patah tetapi tetap memilih untuk tinggal ataupun pergi adalah suatu pilihan selanjutnya. Tetapi saya -- perempuan yang pernah memilih tinggal dalam jatuh-patah yang tidak direncanakan.

Patah. Selama saya hidup, patah bukan hal yang baru. Banyak orang suka mengidentifikasi kata ini dengan “patah hati” atau “kehilangan” atau “ada sesuatu yang terlepas dari dalam dirimu, padahal sebelumnya begitu melekat.”

Ketika bercerita tentang patah, saya ingat Pakde. Pakde mengalami patah (hati) yang begitu tidak dapat dijelaskan ketika Bude meninggal. Kejadiannya, sudah berbulan lebih, tetapi rasa patah itu masih ada. Sampai di sini saya menyadari satu hal: ada rasa patah yang begitu lekat, susah untuk dilepas. Bahkan waktu, mustahil untuk menyembuhkannya. Saya lalu merasa bahwa, rasa patah atau kehilangan semacam itu, akan terjadi di dalam diri kita, apabila kita memang nantinya akan kehilangan orang yang begitu kita cintai. Maka, berhati-hatilah dengan cinta!

Saya rasa, peringatan ini bukan bermaksud untuk menghindarkan kamu dari cinta dengan segala perasaan perasaanya, tetapi bagaimana kita bisa mengenal cinta dengan sebuah konsekuensi besar bahwa suatu hari nanti, kita bisa saja kehilangan orang yang kita cintai, yang membuat kita patah--begitu patah. I have been there!

Tetapi apakah ketika ada yang patah, lantas kita kehilangan? Ataukah sebenarnya sesuatu yang kita cintai, begitu melekat, tidak akan pernah hilang dari dalam diri kita. Saya sendiri tidak tahu pasti. Maka, berhati-hatilah dengan cinta dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Karena suatu hari nanti dalam jangka waktu yang tidak ditentukan, hal-hal tersebut akan selesai, disadari ataupun tidak, selesai.

Dan tentang jatuh. Tuhan yang menciptakan manusia dengan kehendak bebas, rasanya seperti itu, dapat menikmati kemerdekaan sejati dalam mencintai, memiliki maupun tidak memiliki. Sebab cinta adalah jatuh-jatuh yang tidak direncanakan. Mungkin tidak berujung. Tetapi hendaklah ia dikerjakan dengan sungguh-sugguh, dan sepenuh hati, karena yang seperti ini bisa ditebak ujungnya: tidak akan pernah ada rasa menyesal, ketika pun harus berpisah.

Segala sesuatu bukannya tanpa tujuan. Tidak ada jatuh-jatuh tanpa tujuan. Tidak ada kesedihan tanpa tujuan. Tidak ada keindahan tanpa tujuan. Rasanya seperti sudah. Rasanya seperti cukup. Saat ini tidak memilikimu, bukan berarti tidak bahagia, karena kebahagiaan itu sendiri dapat muncul dari rasa kekurangan. Saat ini, ketika segala sesuatu berjarak, bukan berarti tidak dapat menikmati keindahan, karena kekosongan itu sendiri dapat menjadi sebuah hening yang indah.

Saya mencintaimu, bukan karena suatu hari kita dapat membangun rumah bersama -- tidak dapat. Saya mencintaimu bukan karena saya tidak punya ketakutan, seperti omong kosong yang selalu saya katakan, “Jatuh cinta hanya kepada orang-orang yang berani.”

Rasanya tidak ada yang dapat mendefinisikannya, karena saya mencintaimu karena kekuranganmu. Dan akan selalu seperti itu. Dan percayalah, hanya saya.

Sampai di sini, ketika memang itu harus selesai, itu bukan salah kamu, salah saya, salah kita yang menjalaninya, melainkan karena waktu yang mengijinkan. Tetapi perlu diingat, cinta, jatuh, patah, bukan hal yang berbahaya. Mereka sama seperti bagian dari tubuhmu, melekat, ingin dipeluk erat, kenali saja.

Jika kamu telah mengenal rasa patah dengan baik, sangat baik. Sebelum rasa patah itu datang, cintailah seseorang kejujuran, sungguh sungguh, penuh penuh, sekarang.

Dan untuk kamu, untuk janji, janji yang pernah kamu buat untuk saya, itu akan tetap berlaku entah sampai kapan, akan terus saya pegang erat. tapi saya tidak akan memaksa berlebih, serahkan saja semuanya pada Tuhan dan takdir. Sekarang, terbanglah bebas, berbahagialah!




Cherio 2017!









Monday, August 14, 2017

Walking after You

Saya baru saja selesai membaca Walking After You. Windry Ramadhina melukiskan masa lalu dalam novel Walking After You seumpama hujan. Saya suka sekali memandang hujan dengan sedih. Karena bagi saya terkadang memang masa lalu tersebut senantiasa tidak terhapus. Mereka selalu mengapung di permukaan mata seperti genangan hujan, terkadang ia akan membumbung tinggi di depan matamu, atau memercik sedikit kena pipimu, atau deras sekali di antara sudut-sudut jendela hatimu. Terus menerus seperti itu, ia akan menggenang jika memang kita tidak berani untuk menghapusnya.

Karakter An dalam novel ini adalah perempuan yang tampak bahagia, tetapi sebenarnya tidak bahagia. Walaupun tertawanya renyah, sebenarnya ia menyimpan banyak sekali kesedihan. Di dalam segala sukacita yang keluar dari tawa renyahnya, sebenarnya An menyimpan rindu yang teramat dalam kepada seseorang. 

Terkadang saya adalah An. Kamu adalah An. Hanya saja, kadang kita terlalu pintar untuk menyimpan perasaan perasaan kita. Kita hanya pintar menipu orang lain.


Hey, kamu! Bukan kamu saja yang pintar menipu orang lain dengan senyum mu itu, saya pun.

Friday, June 30, 2017

Memberi Hati Untuk Melepas

Teruntuk kamu yang tak bisa lagi kudapat. 
Terkhusus untuk hatinya yang tak lagi sama.


Saat itu semua serasa hampa, ia datang lalu mengajarkan apa itu beranjak. Ada aku yang terjebak dengan seseorang, lalu ia membawaku ke tempat dimana semua terasa baru. Hari dimana ia memulai semuanya.

--14 Agustus 20xx--

Ia tawarkan kenyamanan dengan sendu. Aku terjerat, aku terpikat saat ia berkata “Terima kasih karena telah menerimaku apa adanya”.


Ia membawaku ke alam terindah saat ia melantunkan kemerduan ayat-ayat Al- Quran melalui pesan suara.

Ia mencari keberadaanku saat aku sibuk tak memberinya kabar, seketika aku merasa begitu berharga.

AKU & DIA.
Awalnya pun hanya sekedar keisengan belaka. 
Yang kemudian pun saling mencari, saling mengerti, saling membutuhkan, saling sayang, saling menginginkan, saling mengikat janji lalu jadilah.

SINGKAT.
Ketika kejujuran akhirnya mengambil alih.
Pun telah terlambat.
Tak mengerti. 
Penuh amarah. 
Tanpa adanya kesempatan untuk memperbaiki.
Ia menangis,
Ia tersenyum,
"AKU BERHENTI", katanya dengan yakin.

Dingin semakin menusuk.
Malam semakin pekat.
Angin tak lagi sejuk.
Udara semakin memikat.
Memikat hati untuk bergemuruh menemani kaki yang gemetar sembari air mata mencucur begitu derasnya.

Melihat apa yang sudah, aku menemukan kenyataan yang tak sesuai harapan. 
Iman dipertaruhkan, hati dipertanyakan, keputusan diutamakan, cinta diasingkan.

Aku mempertahankan. Aku menolak kepergian.
Sampai pada akhirnya ia berkata “Aku tak bisa menemanimu sampai esok. Ini waktumu untuk pergi”.

LARA.


Kembali dari awal. Aku hanya ingin mengulas kenangan tanpa berniat untuk mengundang. Sampai ditengah frasa aku tersadar bahwa memang apa yang bukan kehendak-Nya tak bisa kita paksakan.

Dan di titik puncak perasaan, aku membiarkannya pergi.
Tak ada yang perlu aku jelaskan lagi.
Ini hanya kenangan.

Sekuat apapun aku mempertahankan dan sebesar apapun usahaku untuk memeluknya, sesuatu yang pada dasarnya ingin pergi tak mungkin dapat aku tahan.


Cukup semua apa yang ia beri aku rasakan indahnya. 

Aku berterima kasih atas kehadirannya pada Allah SWT Pencipta Segala Rasa, Maha Pembolak-balik Hati. Aku bersyukur mampu mengenal ia dengan dekatnya, mampu menghiasi harinya meski tak lama, mampu berbincang dengan mudahnya sampai mampu melepaskannya.


Pada titik puncak rasa sayang, aku membiarkannya pergi. Bukan karena aku menyerah, bukan pula aku lelah.
Aku membiarkanya bahagia tanpa ada aku di sisinya. 
Karena akan lebih membahahagiakan kalau ia bisa lebih bahagia tanpaku daripada harus menggerus hati jika bersamaku.

Kembali aku dipaksa secara tiba-tiba untuk belajar perihal Ilmu Ikhlas.


Untuk Dia.
Terimakasih pernah hadir. 
Terimakasih pernah berkorban.
Terimakasih pernah berjuang.
Terimakasih pernah bertahan.
Terimakasih untuk kenangan.
Terimakasih atas kehangatan.
Terimakasih atas kesabaran.
Terimakasih atas segalanya.

Maafkan segalaku yang salah. Maafkan semuaku yang melukai. 
Maafkanlah.

Aku membiarkanmu pergi sesuai apa yang kau ingini. 

Carilah bahagia seperti yang kau mau. 
Berlarilah menjauh jika itu inginmu.

Aku tak akan memaksakan mauku. 
Untuk menyayangimu aku cukup melihatmu bahagia.
Sampaikan pada hatimu dengan nyata. 

Aku menyayangimu tanpa spasi. 

Inilah kerelaan untuk kau tinggal pergi.
Tetaplah tersenyum.



Ingatlah aku sebagai pribadi yang pernah ikhlas kau tinggalkan demi kebahagiaan yang kau cari. 
Dan do'a untukmu selalu akan aku lantunkan, caraku untuk menyampaikan rindu dan memelukmu dari jauh di jalan-Nya.





Palembang, Juni.

Thursday, June 8, 2017

It was.

It was lust that drew me close to you. Over time, that lust morphed into something deeper called love. But between these all came along something wicked called lie that gave birth to lunacy...



Tuesday, June 6, 2017

Gloomy Tuesday

Saat ini saya sedang dalam perjalanan ke kantor. Seperti biasa, saya duduk disamping Pak Sopir yang sedang bekerja mengendarai bus~

Barusaja, ada pesan masuk di Whatsapp group kantor. Hari ini teman saya, Maria, ga bisa masuk kantor. Harus terbang ke Manado. Bapaknya meninggal...

Saya ga tau apa yang mesti saya ketik sewaktu membaca pesannya. Saya cuma bisa bilang 'Tabah dan Turut Berduka' yang menurut saya terkesan common, tapi mau bagaimana lagi, itu salah satu cara untuk mengungkapkan tenggang rasa sesama manusia, bukan? Saya ga pernah tau apa yang mereka rasain, saya selalu bingung kalo dihadapin dengan situasi kaya gitu. Rasanya, apapun yg saya ucapkan itu ga akan ada pengaruhnya sama yg sedang berduka. Entahlah...

Maria dan saya pernah diskusi tentang hal ini di kantor. Gimana rasanya setiap menerima telfon dari Mama atau Bapak kami itu bawaannya selalu was-was. Seperti, "Semoga saja cuma kangen, semoga saja ada kabar baik, semoga mereka sedang dalam keadaan yang baik". Doa kami pun ga pernah terputus untuk mereka. Namanya pun anak rantau.

Saya paham benar perihal setiap manusia pada akhirnya akan kembali ke Yang Maha Punya. Tapi untuk memikirkan hal tersebut menyangkut Mama dan Bapak, saya ga pernah sanggup. Memang, tidak ada yang pernah sanggup. Dan saya jadinya kepikiran Mama dan Bapak. Hari Minggu kemarin saya lupa telfon...

Dear Maria
Hatimu sekarang pasti sedang tidak karuan, tapi biarkan dia kokoh lagi nanti ya Mar... Allah Maha Baik. Doa saya ada buat Maria.

Dear Mama dan Bapak,
Saya kangen banget...
Sehat-sehat selalu ya. Deyang pengen Mama dan Bapak selalu ada buat deyang. Deyang akan selalu butuh Mama dan Bapak, dalam hal apapun itu bentuknya.  Deyang pengen nanti anak-anak deyang bisa meluk eyang-eyang nya yang luar biasa.

Ya Allah SWT,
Rahmatilah kedua orang tua kami, Kasihilah mereka, ampunilah mereka, Ridhailah mereka dengan Keridhaan yang mencakup segala Keridhaan-Mu, sehingga mereka dapat menempati tempat-tempat mulia lagi aman disisi-Mu, tempat-tempat Pemaafan dan Pengampunan-Mu, serta Kelembutan dan Kebaikan-Mu, Ya Allah. Aamiin Ya Rabb.




Di pagi ini, diantara kemacetan Jakarta, I got this gloomy mood right in the feels.



Sunday, May 14, 2017

Jika Aku Pergi


Ada yang pergi hanya untuk sekedar ingin dicari.
Ada yang pergi hanya karena ingin dikenali oleh diri sendiri.
Ada yang pergi hanya karena lelah dan ingin di terima oleh sunyi dan sepi.
Ada yang pergi hanya untuk kembali bersama lagi.

Setiap yang datang berawal dari keputusannya untuk pergi.
Setiap yang pergi berawal dari keputusannya untuk meninggalkan.

Bandara adalah tempat terbaik untuk pergi.
Bandara adalah tempat terbaik untuk meninggalkan.

Di bandara setiap orang bertemu hanya untuk berpisah.
Kemudian merasakan resah tak terelakkan karena ada sesuatu yang tak ikut di bawa pergi.

Saya tidak pernah sanggup untuk pergi.
Tapi rasanya saya ingin meninggalkan yang tak ingin bersama lagi.

Namun jika saya memutuskan untuk kembali,
Apakah kau akan pergi atau menyambut kedatanganku lagi?




p.s.
Di waktu ini,
di bandara sebuah kota,
dan kau masih berputar di dalam kepala.


Tuesday, May 9, 2017

Engkau Dalam Waktuku

00.00
Mencintaimu adalah keberanian.
Tetap mencintaimu ketika tahu bahwa kau tidak mencintaiku adalah ketololan yang menyenangkan.

06.44
Sepagi rasa itu, setua ingatanku.
Kau lebih fana dari pada waktu.
Andai kau tahu, rasa karena mu tidak pernah senja.
Ia selalu seperti fajar yang berhenti pada titik sempurnanya.


10.02
Apa yang paling menggelisahkan kalau bukan patah hati.
Ya patah hati, kau tahu apa yang luar biasa.
Adalah ketika hati yang patah itu masih tetap saja mampu untuk mencintaimu.


12.00
Dan di antara cinta dan harapan kepadamu terselip kebodohan yang tak kunjung reda. 
Entah itu ketulusan ataupun ketidakpahaman untuk Mengikhlaskan.


16.09
Aku memalingkan pikiranku darimu, menghadapkan perhatian kepada Sang Khalik dan Sang Waktu.
Mereka bilang waktu adalah sebaik baik nya obat bagi mereka yang patah hati.
Dan Sang Khalik adalah sebaik baiknya tempat untuk mengadu.


19.00
Tapi apa kau percaya
Bahwa waktu yang mereka katakan itu hanya bisa bersembunyi. 
Berjalan lebih lama dari seharusnya. 
Ia malah menciptakan kegelisahan. 
Jauh lebih menyiksa dari pada patah hati.


21.38
Andai kau mengerti, mencintaimu bagiku tak pernah sederhana.
Seluruh waktuku adalah untukmu.

23.59
Apa kau tahu yang membedakan 
mu dengan waktu?



Waktu 
berlalu...

Sedangkan kau, 
menetap dalam 
hati...

Monday, May 1, 2017

Tentang BAPAK

Ahh hari ini, aku kangeen banget sama Si Papsky. Kangen omelannya. Kangen bawelnya . Huhu


Dear Bapak.
Terima kasih untuk obrolan singkatnya tadi siang ya. Mba bagi buat temen-temen yang baca blog di sini ya. cuma sebagian kok, engga semuanya :D

"Kemarin Bapak dengar Mba telpon Mama, tapi nggak mau bicara ah, kalau lagi bicara sama Mama.”
"Iya, abis telpon Bapak, nggak diangkat-angkat."
"Iya, abisnya Bapak  lagi sibuk sekali kadang suka nggak denger kalau lagi ada bunyi telepon."
"Hmm, ya sudah nggak apa. Sehat Pak?"
"Sehat."
"Lagi dimana ini?"
"Lagi di rumah Om (salah satu temanya di masjid) sedang sakit. Lagi doain dia."

Dari jaman aku kecil sampai aku udah segede ini. Bapak selalu menjadi contoh paling baik untuk melayani orang lain. Selalu bersemangat mengunjungi orang sakit - ngedoain mereka. Jiwa sosialnya selalu besar. Jiwa membantunya selalu membuat aku terkadang terinspirasi.

"Oh iya, jangan lupa ya jagain Irul, ingetin Irul juga jangan keseringan pulang malam. Mba kalo mau kemana-mana ngomong ya sama Mama atau Bapak. Sms juga gak apa-apa. Jangan sekali-kali pergi sama laki-laki tanpa sepengetahuan Kami. Mba ngerti kan? Mba mau bantu Bapak kan?"
"Iya Pak,,"
“Danke.."

Entah kenapa siang itu rasanya beda sekali. Aku juga jadi terkesan jadi 'perempuan manis yang penurut'. Haha.
Haaahh.. Aku kangen Bapak banget. Baru kerasa kalo lagi jauh begini ..

"Terus kenapa baru telepon sekarang?"
"Maaf Pak, kemarin mau nelpon tapi ternyata pulsanya habis, pas udah reload malah lupa. Baru keinget sekarang. Hehe."
"Hmm, tapi janga lupa kirim kabar."
"Iya."
"Inget : jaga diri baik-baik. Bawa diri baik-baik."
(Selalu dan selalu. Ini nasihat favorit yang selalu aku dengar hampir di setiap percakapan kami kalo lagi berjauhan seperti ini)

Terus ada satu lagi, ini bisa dibilang kalimat penutup yang selalu ngebuat aku berkaca-kaca kalo udah ngedengerinnya.

“Hidup itu harusnya jadi berkah untuk orang lain.”

Siang itu, aku berdiri persis di balkon kamar aku. Bersama laki-laki yang paling aku cintai dalam hidup aku. Bersama laki-laki yang mungkin pernah ngebuat aku sakit hati, ah tapi aku ga peduli. Bersama laki-laki yang selalu siap mencintai aku , ketika mungkin ga ada orang yang mau mencintai aku. Laki-laki yang kualitas hatinya aku tau betul, Laki-laki yang ga akan pernah ngebuat aku berhenti jatuh cinta lagi dan lagi. Iya, Laki-laki itu adalah Laki-laki yang dipilih oleh Mamaku untuk menjadi teman hidupnya sampai akhir hayatnya. Laki-laki yang udah ngasih aku adik yang juga menyenangkan (terkadang). Haha..

Laki-laki yang suaranya, hanya bisa aku dengar dari telepon untuk semenjak aku memutuskan untuk pindah ke Jakarta.

Nanti, anak-anak aku harus tahu bahwa mereka punya Eyang yang sangat luar biasa :')





I Love you, Pak !

Friday, April 14, 2017

UNTITLED

#justlikeanotherunimportantstorytotellyou



Every single road has the end. and so does like us.
Yup, I've never thought that it'd be such a short short story. It feels like discontinued something that has just started and still running fast. Just like that, it's over. Tormented and torn apart. ironic.
do not ever blame on this condition. Blame me...


But have you ever holding back tears until you want to throw up because you just can't stand it anymore? Like everyday when you pray?

In fact I don't really know what to write now. I'm in pain, but there's no point of telling anyone about it because none of them would understand. You might not believe this, but sometimes, untold feelings could led you to suffocation. Well, it works like that on my world. Truths keep choking me hard and I can do nothing besides holding back the pain, as if nothing wrong. Holding up the tears falling down on my cheeks.

Because I want you to be happy. It will be different if I stay.
I will be the only person who's going to hold you back from pursuing your dreams.
I will be the only person hurting you with my endless selfishness-lying and annoying 'sok manja'.
I will be the only person that must be blamed for this feeling.
I will be the only person that you're going to hate in the end, so why wasting time?
YOU DESERVE MORE THAN I HAVE EVER GIVEN/DONE TO YOU!

Tom: What happened? Why - why didn't they work out?
Summer: What always happens. Life.

I think life got us.

In the end, I could only sum up this with 3 simple word. I. (still) Don't. Know.
Okay, so that's 4.
I still don't really know whether I should be sad or pleased about this I still don't really know. I still have you, I know but yup in the different 'occasion' and a very 'limited' movement. Sometimes, things are better left unsaid. At least on this case, it is.

Tom: I love how she makes me feel, like anything's possible, or like life is worth it.

It's you.






''...Tuhan bila waktu dapat ku putar kembali. Sekali lagi untuk mencintanya. Namun bila waktu ku telah habis dengannya. Biarkan cinta ini, biarkan cinta ini hidup untuk sekali ini saja…''

Thursday, April 6, 2017

Rasa = Cinta

Aku Tidak Mencintaimu Dua Kali



Sungguh,

Soal rasa aku tidak pernah bercanda.

Jika pernah aku katakan aku memiliki rasa ini untukmu,

itu artinya selamanya.

Tidak perlu di ulangi lagi.
Aku tidak akan mengingatkan mu kembali.

Mengertilah,

Rasa itu tidak butuh kata, atau pengakuan mereka.

Ia akan tetap ada sampai kita tiada.

Kecuali...

Jika kau pernah memintaku berhenti, 'mungkin' rasa itu telah pergi.

Atau entahlah..

Kita perlu memastikannya kembali.

Sunday, February 19, 2017

AKU ADA

Aku Ada ( Dewi Lestari Feat Arina Mocca )


Melukiskanmu saat senja
Memanggil namamu ke ujung dunia
Tiada yang lebih pilu
Tiada yang menjawabku selain hatiku
Dan ombak berderu

Di pantai ini kau slalu sendiri
Tak ada jejakku di sisimu
Namun saat ku tiba
Suaraku memanggilmu akulah lautan
Ke mana kau s'lalu pulang

Jingga di bahuku
Malam di depanku
Dan bulan siaga sinari langkahku
Ku terus berjalan
Ku terus melangkah
Kuingin kutahu engkau ada

Memandangimu saat senja
Berjalan di batas dua dunia
Tiada yang lebih indah
Tiada yang lebih rindu
Selain hatiku
Andai engkau tahu

Di pantai itu kau tampak sendiri
Tak ada jejakku di sisimu
Namun saat kau rasa
Pasir yang kau pijak pergi akulah lautan
Memeluk pantaimu erat

Jingga di bahumu
Malam di depanmu
Dan bulan siaga sinari langkahmu
Teruslah berjalan
Teruslah melangkah
Ku tahu kau tahu aku ada...




"...Dengarkah kamu? Aku ada. Aku masih ada. Aku selalu ada. Rasakan aku, sebut namaku seperti mantra yang meruncing menuju satu titik untuk kemudian melebur, meluber, dan melebar. Rasakan perasaanku yang bergerak bersama alam untuk menyapamu.."

Friday, February 10, 2017

:')

we have a lot of time to talk each other. together as in our way. I know you for a very short period, but that doesn’t stop me from knowing you very well in time. I believe that knowing someone isn’t about seeing them every day, but about understanding them better than anyone else in the world. when nobody in this world I couldn't believe even believe in myself, there was you saying that you do believe in me. you trust me with no doubt! I'm sorry I can't fill all your expectation.
(sometimes) I understand you and you (always) understand me and it is as simple as that.


thank you for lending me your shoulder to cry on.
thank you for listening every un-important word which is always full of complaints and problems.
thank you for always be there whenever I need, give me hugs, assuage my anger and always stay tho I never ask you to stay. I need it really, every woman does.
thank you for the patience and positive support.
thank you for "talking me off the edge" over and over again.

All your love and prayers have kept me alive. you are an awesome person inside and out and my prayer is that you have a very very really best soulmate later. you really deserve it!

I wish that there would be no one will hurt you anymore including me.. aamiin

Friday, February 3, 2017

PS. I LOVE YOU



Note : The title is from this extract :
PS. I love you, Holly, and I know you love me. You don't need my belongings to remember me by, you don't need to keep them as proof that I existed or still exist in your mind. You don't need to wear my sweater to feel me around you; I'm already here,, always wrapping my arms around you. - Gerry