Selamat pagi, 2020...
My post is kinda late I know, yet I want to keep you updated of what has happened in my life so far. This year is the worst year so far I ever had... Terlalu banyak patah hatinya... Berat move on nya. Dan isi blog ini memang tidak jauh-jauh dari perihal hati ini patah.
Sudah duduk di ruangan pada pagi hari ini, hati pun tiba-tiba tidak jelas.
Sebuah pagi di Bulan September yang lembut. Menelusuri lorong ingatan yang menjebak saya dalam keinginan untuk memilikinya sekali lagi. Tetapi pada akhirnya kenyataan membakar habis semuanya. Perihal dia yang hangat kukenang dan dia yang tidak akan pernah bisa lagi kugenggam.
Cinta itu tidak selalu tegas. Ketika ia berakhir, pasti ada yang tersisa. Ia tidak berbentuk seperti bangunan-bangunan, tidak dapat juga kita pegang atau kita sentuh. Kita memanggilnya dengan sebutan kenangan.
Cinta tidak kelihatan, tapi sungguh nyata di dalam hati dan pikiran. Untuk itu ada sebagian dari kita yang sulit sekali melupakan. Move on. Berpindah.
Saya tidak menyalahkan sebagian dari mereka yang sulit menerima keadaan, karena tidak mungkin ratusan bahkan ribuan kebersamaan bisa dihilangkan hanya dengan ucapan perpisahan. Kecuali kau sudah langsung menemukan penggantinya atau dia yang sudah dapat penggantimu dan meninggalkanmu sendiri. Sedih ya.
Sebagian dari kita memilih untuk tetap setia dalam ketidakpastian, menunggukeajaiban, kalau-kalau kenangan yang ada mampu memperbaiki keadaan kedua insan. Tanpa memperhatikan berapa banyak waktu yang terbuang secara cuma-cuma untuk menunggu sesuatu yang sia-sia.
Karena pada dasarnya hal yang paling sulit dilakukan adalah melepaskan sesuatu yang bukan milik kita.
Tetapi bisa jadi, bukan berarti kita tidak mampu melupakan, hanya perlu membiasakan diri tanpa dirinya lagi. Seperti kecupan kening yang selalu ada ketika bertemu, atau sekedar pertanyaan bagaimana harimu hari ini?
Ya, mungkin sebagian dari kita hanya perlu membiasakan, bahwa kini senyuman dan tawa tidak lagi bersumber dari dirinya. Momen-momen dalam penantian tersebut sering kali menyadarkan sebagian dari kita untuk bersikap sewajarnya. Memang benar, tidak selalu menunggu berakhir dengan sia- sia. Jika juga tak kunjung bersama, setidaknya ada hati dan pikiran kita yang berubah. Kita memahami, bahwa segala sesuatu yang berlebih dan dipaksakan tidak akan pernah baik adanya.
Seberapa keras kita memperjuangkannya, seberapa lama kita menunggunya, jika dia bukan milik kita selalu ada jalan untuk memisahkannya.
Sampai suatu ketika kita berada pada zona aman kita. Titik di mana saat kita menoleh kebelakang, semua tampak berbeda. Kita merindukan perasaan yang dirinya ciptakan lewat kebersamaan,
Tapi...
Kita menyadari bahwa luka ada untuk mendewasakan. Rindu bukan berarti ingin mengalami hal serupa, hanya mengenang dan kemudian dijadikan pelajaran. Karena bagaimanapun juga, hati kita yang perlu dijaga bukan lukanya.
"Menunjukkan kasih sayang tidak harus dengan memilikinya, merelakannya berbahagia dengan orang lain adalah alternatif lain."
*while listening to : I Love You but I'm Letting Go - Pamungkas*