Saya baru saja selesai membaca Walking After You. Windry Ramadhina melukiskan masa lalu dalam novel Walking After You seumpama hujan. Saya suka sekali memandang hujan dengan sedih. Karena bagi saya terkadang memang masa lalu tersebut senantiasa tidak terhapus. Mereka selalu mengapung di permukaan mata seperti genangan hujan, terkadang ia akan membumbung tinggi di depan matamu, atau memercik sedikit kena pipimu, atau deras sekali di antara sudut-sudut jendela hatimu. Terus menerus seperti itu, ia akan menggenang jika memang kita tidak berani untuk menghapusnya.
Karakter An dalam novel ini adalah perempuan yang tampak bahagia, tetapi sebenarnya tidak bahagia. Walaupun tertawanya renyah, sebenarnya ia menyimpan banyak sekali kesedihan. Di dalam segala sukacita yang keluar dari tawa renyahnya, sebenarnya An menyimpan rindu yang teramat dalam kepada seseorang.
Terkadang saya adalah An. Kamu adalah An. Hanya saja, kadang kita terlalu pintar untuk menyimpan perasaan perasaan kita. Kita hanya pintar menipu orang lain.
Hey, kamu! Bukan kamu saja yang pintar menipu orang lain dengan senyum mu itu, saya pun.