Kenapa suka cosmic dan hujan?
Tidak ada alasan khusus, kalau aku suka, ya suka saja. Begitu pun kalau aku tidak suka, ya tidak suka saja. Kadang tidak ada alasan khusus. Suka cosmic dan hujan, mungkin sama seperti, suka pakai sendal jepit, suka pakai lipstick, suka pakai eyes-shadow, suka pakai kaos kegedean, suka pakai celana pendek, suka warna orens dan ungu, suka sore, atau suka kamu.
Suka. Ya, suka saja, tidak perlu alasan.
Tapi setidaknya, menurut aku cosmic itu misterius dan hujan itu cerewet sekaligus bikin nyaman. Atau ke-cerewetan yang nyaman. Buktinya? Kegiatan tidur di hari hujan, nyaman sekali untuk dilakukan. Tetapi tak ada alasan kenapanya. Sangat misterius.
Sama halnya ketika ditanya, kenapa suka menulis? aku tidak bisa menjawab. Hanya diam saja, mengangguk-angguk, kemudian senyum-senyum sendiri. Aku pikir itu senjata yang paling ampuh, ketika tidak mau menjawab, atau memang tidak tahu jawabannya.
Maaf, tapi aku memang tidak tahu. Serius.
Tapi diam-diam aku suka menulis cerita hidup. Mula-mula dinikmati sendiri, lama-lama mulai suka pamer. Jujur, tulisan aku biasa-biasa saja. Malah terkesan seperti sampah. Prosesnya juga biasa-biasa saja, hanya dari tulisan pensil di dalam notes kecil yang sering aku bawa kemana-mana, kemudian aku pindahkan ke PC dan kemudian setelah punya netbook aku pindahkan ke netbook. Sesederhana itu.
Menulis cerita hidup atau terkadang menulis puisi itu seperti memindahkan rintik hujan ke dalam kertas, membayangkan keadaan cosmic di luar angkasa sana. Apa disana ada hujan? Jika ada, bagaimana dengan aliennya?
Ah masa bodo. Hujan itu kadang deras. Kadang rintik satu-satu. Kadang gerimis tipis-tipis. Butuh spasi atau tidakbutuh spasi sama sekali, untuk meninggalkan hening, setelah deras panjang. Terserah penulis-nya saja. Kalaupun, tak ada hening, silahkan pembaca mencipta ‘hening-nya’ sendiri.
Kamu, pembaca ceritaku. Selalu setia. Bagaimana menurutmu?
Hujan, siaran tentang cosmic, menulis, dan puisi. Aku suka semua. Mereka cerewet. Tapi punya sisi hening. Mungkin itu jawabannya, kenapa aku suka menulis: mempunyai dinamika, cerewet, dan hening. Sama dengan tetesan hujan yang pendek-pendek, tapi ada hening panjang setelah derasnya berlalu.
Dan kamu. Saya suka. Karena kamu itu hening dan misterius . Menyukaimu pun takbutuh spasi.